Sopan santun demikian itulah yang mampu menarik simpati hati orang lain dibandingkan memengaruhinya dengan materi. Nabi Muhammad shalla Allahu 'alaihi wa sallama bersabda, "Kalian tidak dapat menjangkau semua orang dengan harta benda kalian, tetapi mereka dapat terjangkau oleh kalian dengan kecerahan wajah dan keluhuran akhlak." (HR. al-Bazzar)
Dalam tradisi sehari-hari penghormatan bukan saja dilakukan atas dasar perbedaan usia, di mana yang muda hormat kepada yang lebih tua. Penghormatan juga dianjurkan kepada setiap orang yang menjaga kehormatannya, kepada tamu-tamu, kepada para tetangga, kepada orang-orang berilmu (kyai, alim ulama, guru, dosen, dsb), dan juga kepada orang yang sudah beruban (berusia lanjut), bahkan penghormatan kepada anak orang terhormat, meskipun usianya relatif lebih muda, pun menjadi tradisi yang terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat kita. Seperti penghormatan terhadap anak para kyai (yang lazimnya dipanggil "gus", "kang" dsb) di lingkungan pondok pesantren NU di Indonesia.
Menghormati anak orang terhormat itu tentu dalam batas di mana mereka sendiri juga berupaya menjaga kehormatannya, dengan meniru orang tua atau para pendahulunya yang dihormati karena kesalehan dan kebaikannya. Yakni manakala para pendahulunya itu pun dihormati, diagungkan, dan diharapkan kebaikan "barakah"nya.
Namun persoalannya, tidaklah setiap anak orang terhormat itu menjaga kehormatannya. Ada di antara mereka yang karena selalu dihormati orang justru bersikap arogan, angkuh, dan mudah memandang orang lain sebelah mata alias meremehkan orang. Padahal idealnya setiap orang harus saling menghargai, karena tiada manusia yang sempurna, masing-masing orang itu ada dengan kelebihan dan kekurangannya untuk saling melengkapi.
Terhadap anak orang terhormat yang berkubang kebodohan dan diliputi kelalaian kita dianjurkan untuk menasehati dan menunjukinya ke jalan kebenaran, dan tetap menghormatinya dengan sedikit penghormatan karena menghormati para pendahulunya yang baik-baik.
Terkait dengan hal tersebut, al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam Kitab al-Fushul al-'Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hikamiyyah, halaman 53 menuliskan,
ومن كان على الجهل والغÙلة Ùينبغي أن ÙŠÙ†ØµØ ÙˆÙŠØ±Ø´Ø¯ إلي الصواب ÙˆÙŠØØªØ±Ù… شيئا من Ø§Ù„Ø¥ØØªØ±Ø§Ù… لأجل سلÙÙ‡ الصالØÙŠÙ†ØŒ وكي٠لا وقد قال الله تعالى ما قال ÙÙŠ شأن الغلامين والجدار (( وكان ØªØØªÙ‡ كنز لهما وكان أبوهما ØµØ§Ù„ØØ§ ))
"Barangsiapa yang berada dalam kebodohan dan kelalaian, maka sepantasnya dinasehati, ditunjukkan kepada kebenaran, dan sedikit dihormati karena menghormati para pendahulunya yang shaleh-shaleh. Bagaimana tidak (dihormati)? Allah ta'ala telah berfirman tentang masalah dua anak kecil dan sebuah tembok (yang hampir runtuh): "Di bawahnya ada harta simpanan milik keduanya, sedangkan bapak dari kedua anak tersebut adalah seorang yang shaleh. "
Demikianlah, semoga kita mampu menghormati siapa saja, termasuk menghormati setiap anak orang terhormat. Hanya orang beradab dan rendah hati saja yang sanggup menghargai dan menghormati orang lain. Dan janganlah kita menjadi angkuh terhadap setiap orang yang telah bersedia memberikan penghormatannya. Perlakukan manusia lain secara lebih manusiawi. Saling menghormati saja, jangan gila hormat. Jangan terjadi suasana hati yang senang dihormati tetapi bersikap enggan menghormati.
Baca Juga
Editor: EYB119
Dapatkan update informasi pilihan dan berita terbaru setiap hari dari Citranusamedia.com, Mari bergabung di Grup Telegram "CNM MEDIA", caranya klik link ini: GABUNG SEKARANG, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.